Drama dapat dipertunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pementasan teater, sandiwara, lenong, film, sinetron, dan sebagainya. Semua bentuk drama itu tercipta dari dialog-dialog yang diperankan oleh pemain-pemain dengan didukung latar yang sesuai. Drama dapat memukau penonton jika pemain berhasil memerankan tokoh drama dengan karakter yang sesuai.
          Unsur-unsur yang terdapat dalam drama:                                                                                                             * Konflik adalah ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama; pertentangan antara dua kekuatan. Pertentangan ini dapat
terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat lingkungannya, antara tokoh dan alam, serta
antara tokoh dan Tuhan. Istilah lain: tikaian.
* Dialog adalah (1) percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih; (2) karangan yang menggambarkan percakapan di antara dua tokoh atau lebih. Di dalam dialog tercermin pertukaran pikiran atau pendapat; dipakai di dalam drama, novel, cerita pendek, dan puisi naratif untuk mengungkapkan watak tokoh dan melancarkan lakuan.
* Peristiwa adalah kejadian yang penting, khususnya yang berhubungan dengan atau merupakan peristiwa yang mendahuluinya.
* Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
* Watak (Character) adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya dari tokoh      lain 
* Alur ialah rangkaian cerita atau peristiwa yang menggerakkan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, perumitan, klimaks,
   dan penyelesaian.
* Episode ialah bagian pendek sebuah drama yang seakan-akan berdiri sendiri, tetapi tetap merupakan bagian alur utamanya.
(Panuti Sudjiman, 1990)
           Menanggapi Pementasan Drama
           Drama sebagai salah satu bentuk tontonan sering kita sebut dengan istilah teater, lakon, sandiwara, atau tonil. Menurut perkembangannya, bentuk drama di Indonesia mulai pesat pada masa pendudukan Jepang. Hal itu terjadi karena pada masa itu drama menjadi sarana hiburan bagi masyarakat sebab pada masa itu film dilarang karena dianggap berbau Belanda.                                Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama yang membedakannya dengan bentuk prosa yang lain. Selain dialog, terdapat plot/alur, karakter/tokoh, dan latar/setting. Apabila drama sebagai naskah itu dipentaskan, maka harus dilengkapi dengan unsur: gerak, tata busana, tata rias, tata panggung, tata bunyi, dan tata sinar.                                                                                                                                        Dialog dalam drama memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Melukiskan watak tokoh-tokoh dalam cerita.
b. Mengembangkan plot dan menjelaskan isi cerita kepada pembaca atau penonton.
c. Memberikan isyarat peristiwa yang mendahuluinya.
d. Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang.
e. Memberikan komentar terhadap peristiwa yang sedang terjadi dalam drama tersebut.
          Menghayati Watak Tokoh
          Ketika Anda akan mementaskan naskah drama, pemilihan pemain harus dipertimbangkan dengan tepat. Pemain dalam drama harus benar-benar menghayati watak tokoh yang dimainkan. Supaya dapat menghayati watak tokoh dengan benar, pemain harus membaca dan mempelajari naskah drama dengan cermat.
          Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemain drama adalah:
a. kemampuan calon pemain,
b. kesesuaian postur tubuh, tipe gerak, dan suara yang dimiliki calon pemain dengan tokoh yang akan dimainkan,
c. kesanggupan calon pemain untuk memerankan tokoh dalam drama.
          Jika ketiga hal di atas dapat dipenuhi oleh calon pemain, akan mempermudah dalam penghayatan watak tokoh dalam drama yang akan dipentaskan. Hal lain yang harus diperhatikan, saat Anda akan menghayati watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
􀂆 Pahamilah ciri-ciri fisik tokoh yang diperankan, seperti jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan tokoh.
􀂆 Pahamilah ciri-ciri sosial tokoh yang diperankan, seperti pekerjaan, kelas sosial, latar belakang keluarga, dan status tokohyang        akan diperankan.
􀂆 Pahamilah ciri-ciri nonfisik tokoh, seperti pandangan hidup dan keadaan batin.
􀂆 Pahamilah ciri-ciri perilaku tokoh dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik.
          Pementasan Drama
Hal-hal yang dipersiapkan dalam pementasan drama adalah:
􀂆 Sutradara (pemimpin pementasan),
􀂆 Penulis naskah (penulis cerita),
􀂆 Penata artistik (pengatur setting, lighting, dan properti),
􀂆 Penata musik (pengatur musik, pengiring, dan efek-efek suara),
􀂆 Penata kostum (perancang pakaian sesuai dengan peran),
􀂆 Penata rias (perancang rias sesuai dengan peran),
􀂆 Penata tari/koreografer (penata gerak dalam pementasan),
􀂆 Pemain (orang yang memerankan tokoh),

          Mengenal Unsur-unsur Drama
Drama memeliki dua aspek, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan.
a. Aspek cerita
   Aspek cerita mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang dialami pelaku. Kadang-kadang pada kesan itu tersirat pesan
tertentu. Keterpaduan kesan dan pesan ini terangkum dalam cerita yang dilukiskan dalam drama.
b. Aspek pementasan
   Aspek pementasan drama dalam arti sesungguhnya ialah pertunjukan di atas panggung berupa pementasan cerita tertentu
oleh para pelaku. Pementasan ini didukung oleh dekorasi panggung, tata lampu, tata musik dsb.                                                        Kekhasan naskah drama dari karya sastra yang lain ialah adanya dialog, alur, dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci).
Drama memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu:
1. Tragedi ialah drama duka yang menampilkan pelakunya terlibat
dalam pertikaian serius yang menimpanya sehingga menimbulkan
takut, ngeri, menyedihkan sehingga menimbulkan tumpuan rasa
kasihan penonton.
2. Melodrama ialah lakon yang sangat sentimental dengan pementasan
yang mendebarkan dan mengharukan penggarapan alur
dan lakon yang berlebihan sehingga sering penokohan kurang
diperhatikan.
3. Komedi ialah lakon ringan untuk menghibur namun berisikan
sindiran halus. Para pelaku berusaha menciptakan situasi yang
menggelikan.
4. Force ialah pertunjukan jenaka yang mengutamakan kelucuan.
Namun di dalamnya tidak terdapat unsur sindiran. Para pelakunya
berusaha berbuat kejenakaan tentang diri mereka masingmasing.
5. Satire, kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan kesungguhan
biasanya digunakan untuk melakukan kecaman/kritik
terselubung.                                                                                                                                                                           Memerankan Drama
            Seorang dramawan yang baik hendaknya menguasai teknik peran. Teknik peran (acting) adalah cara mendayagunakan peralatan ekspresi (baik jasmani maupun rohani) serta keterampilan dalam menggunakan unsur penunjang. Yang termasuk keterampilan menggunakan alat ekspresi jasmani adalah keterampilan menggunakan tubuh, kelenturan tubuh, kewajaran bertingkah laku, kemahiran dalam vokal, dan kekayaan imajinasi yang diwujudkan dalam tingkah laku.
            Adapun peralatan ekspresi yang bersifat kejiwaan ialah imajinasi, emosi, kemauan, daya ingat, inteligensi, perasaan, dan pikiran. Oleh seorang pemeran drama, watak tokoh akan digambarkan dengan:
􀂆 penampilan fisik (gagah, bongkok, kurus, dan sebagainya);
􀂆 penampilan laku fisik (lamban, keras, dinamis, dan sebagainya);
􀂆 penampilan vokal (lafal kata-kata, dialog, nyanyian, dan sebagainya); dan
􀂆 penampilan emosi dan IQ (pemarah, cengeng, licik, dan sebagainya).
             Hal tersebut dapat dipelajari dan dilatih dengan olah vokal/suara dan olah sukma. Seorang pemain drama yang baik adalah seorang yang memiliki kemampuan:
􀂆 berakting dengan wajar;
􀂆 menjiwai atau menghayati peran;
􀂆 terampil dan kreatif;
􀂆 berdaya imajinasi kuat; dan
􀂆 mengesankan (meyakinkan penonton).
            Agar mempunyai kemampuan sebagai pemain drama yang baik, selain memperhatikan lima hal yang berkaitan dengan pembacaan naskah ada empat hal lagi yang harus diperhatikan.
A. Ekspresi wajah
1. Ekspresi mata
          Mata merupakan pusat ekspresi sehingga harus diolah, dilatih, dan disesuaikan terlebih dahulu sesuai dengan berbagai emosi. Cobalah berlatih di depan cermin untuk menunjukkan rasa girang, marah, dan sebagainya dengan berimajinasi/membayangkan suatu hal!
2. Ekspresi mulut
          Sesudah ekspresi mata dilatih/disesuaikan, baru ekspresi mulut, karena perasaan yang terpancar dari mata merambat
ke mulut dengan cara yang sama. Usahakan ekspresi mata sejalan/sesuai dengan ekspresi mulut sehingga keduanya saling mendukung dan mempertegas emosi yang akan ditonjolkan melalui ekspresi seluruh wajah.
2. Keterampilan kaki
          Pemain pemula banyak yang berpenampilan kaku karena kaki seperti tertancap paku. Kaki harus membuat pemain lebih hidup. Maka harus diusahakan posisi kaki mengikuti arah muka. Jika muka bergerak ke kiri, ikutilah dengan mengubah posisi kaki
dan tubuh ke kiri juga.
3. Suara dan ucapan
          Jika kita bermain tanpa pengeras suara, maka dituntut suara yang lantang agar dapat meraih sejauh mungkin pendengar.
Yang penting di sini adalah bagaimana agar suara kita dapat jelas terdengar tapi tidak memekik. Banyak orang berbicara dengan rahang dan bibir hampir-hampir tertutup dan tidak digunakan semestinya. Turunkan rahang dan lidah. Buka bibir dan letupkan suara. Atau berlatihlah dengan menguap yang seakan-akan mengantuk, kemudian turunkan rahang dan suarakan vokal/ huruf hidup.
4. Penafsiran/Interpretasi
          Dalam penafsiran seorang pemain harus memahami keseluruhan cerita yang dijalin dalam plot tertentu serta mengenal watak tokoh yang diperankannya. Kegiatan ini dapat menjadi kerjasama antara sutradara dan pemain/aktor dalam memahami naskah.



Leave a Reply.