Apa jadinya dunia jika karya ilmiah tidak ada? Dengan karya ilmiah, kita dapat mengetahui karya tulis orang lain sekaligus menghargai karya tulis orang lain. Ada beragam sumber rujukan yang dapat diambil dari penge tahuannya. Selain itu, memahami dan mengenal sumber rujukan akan membawa Anda dalam keyakinan bahwa ilmu terus berkembang. Oleh sebab itu, kita menjaga dan mengembangkannya dengan menulis.

1. Daftar Pustaka

Daftar pustaka dikenal juga sebagai referensi, bibliografi, sumber acuan, atau sumber rujukan. Daftar pustaka adalah susunan sumber informasi yang umumnya berasal dari sumber tertulis berupa buku-buku, makalah, karangan di surat kabar, majalah, dan sejenisnya. Semua sumber bacaan itu berhubungan erat dengan karangan yang ditulis.
Daftar pustaka ditempatkan pada bagian akhir karangan dan ditulis pada halaman tersendiri. Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama penulis (alfabetis) dan tidak menggunakan nomor urut.

Ketentuan penulisannya sebagai berikut.

a. Buku

1) Jika penulisnya satu orang, penulisan nama belakang penulisnya (jika terdiri atas dua kata atau lebih) dipindahkan ke depan. Misalnya, Yogi Yogaswara menjadi Yogaswara, Yogi.

Contoh:

Yogaswara, Yogi. 2000. Teknik Menulis Cerita Anak. Bandung. CV Aneka.

2) Jika penulisnya dua atau tiga orang, nama penulis pertama
ditulis terbalik, sedangkan yang lainnya tetap.

Contoh:

Warsidi, Edi dan Eriyandi Budiman. 1999. Teknik Menulis Naskah Film untuk Anak-Anak. Bandung: Katarsis.

3) Jika penulisnya lebih dari tiga orang, hanya satu orang yang dituliskan, kemudian ditambah keterangan dkk. (dan kawan-kawan).

Contoh:

Sugono, Dendy dkk. 2003. Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia.

4) Jika beberapa buku dari penulis yang sama kita rujuk, urutan daftar pustaka tidak mengulang nama penulisnya. Pada urutan kedua dan selanjutnya, nama penulis diganti dengan garis delapan ketukan.

Contoh:

Ismail, Taufiq (ed.) dkk, 2002. Horison Sastra Indonesia 1, Kitab Puisi. Jakarta: Horison & The
Ford Foundation.

––––––––, 2002. Horison Sastra Indonesia 2:, Kitab Cerpen. Jakarta: Horison & The Ford Foundation.

5) Jika tahun terbit tidak dicantumkan, tahun terbitnya diganti
dengan tulisan tanpa tahun (tt).

Contoh:

Maulana, Dodi. tanpa tahun. Beternak Unggas. Bandung: CV Permata.

b. Surat Kabar

1) Jika berupa berita, urutannya yaitu nama koran (dicetak miring) dan penanggalan.

Contoh:

Kompas (harian). Jakarta, 20 Februari 2005. Kedaulatan Rakyat (harian). Yogyakarta, 15 Maret 2005.

2) Jika berupa artikel urutannya yaitu nama penulis (seperti pada buku), tahun terbit, judul artikel (diapit tanda petik dua), nama koran, tanggal terbit.

Contoh:

Saptaatmaja, Tom S. 2005. "Imlek, Momentum Untuk Rekonsiliasi." Koran Tempo, 11 Maret 2005.

c. Majalah

Sama dengan surat kabar, tetapi di belakang nama majalah ditambahkan nomor edisi.

Contoh:

Kleiden, Ignas. 2005. "Politik Perubahan Tanpa Perubahan Politik." Tempo No. 50 tahun XXXIII.

d. Lembaran Kerja dari Lembaga Tertentu

Contoh:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Pedoman Surat Dinas. Jakarta: P3B.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.


e. Makalah yang Tidak Diterbitkan

Setelah kota tempat penulisan, tidak terdapat nama penerbit.

Contoh:

M.I. Sulaeman. (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi Doktor FPS, IKIP Bandung: tidak
diterbitkan.

Berikut ini contoh daftar pustaka yang ada dalam sebuah buku.

Ali, Lukman. 1989. Berbahasa Baik dan Berbahasa dengan Baik. Bandung: Angkasa.

Arifin, E. Zaenal. 1985. "Perihal Surat-menyurat Resmi Indonesia Baru". Bahan Ceramah Penataran Tenaga Administrasi Universitas Indonesia. Jakarta: tidak diterbitkan.

________. 1986. "Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Bahan Ceramah Pusdiklat RRI, Departemen Penerangan. Jakarta: tidak diterbitkan.

________. 1987. "Struktur Bahasa Indonesia: Kata dan Kalimat". Bahan Ceramah Penataran Bahasa Indonesia, Badan Tenaga Atom Nasional. Jakarta: tidak diterbitkan.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1990. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Cetakan IV. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

________. 1989. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Cetakan IV. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

________. 1990. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Cetakan III. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Badudu, J.S. 1979. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Cetakan IX. Bandung: Pustaka Prima.

________. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri I. Bandung: Pustaka Prinia.

________. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 2. Bandung: Pustaka Prima.

________. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.

Effendi, S. 1980. "Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan Ilmiah Populer". Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra Tahun VI Nomor 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hadi, Farid. 1981. "Kesalahan Tata Bahasa". Bahan Ceramah Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: tidak diterbitkan.

Hakim, Lukman dkk. 1978. "Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Seri Penyuluhan 9. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Halim, Amran. 1980. "Bahasa Indonesia Baku". Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra Tahun VI Nomor 4. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-FIores: Nusa Indah.

Koentjaraningrat 1974. Kebudayaan, Mentalilet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1975. "Beberapa Ciri Bahasa Indonesia Standar". Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra Tahun I Nomor 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Moeliono, Anton M. 1980. "Bahasa Indonesia dan Ragamragamnya: Sebuah Pengantar". Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia Jilid I Nomor 1. Jakarta: Bhratara.

________. 1982. "Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di Dalam Kosakata". Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia Jilid III Nomor 3. Jakarta: Bhratara.

________. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
 
Karya tulis yang ditulis berdasarkan hasil penelitian disebut karya ilmiah.
Karya tulis ilmiah ialah tulisan atau karangan yang penyusunannya didasarkan pada kajian ilmu pengetahuan. Kajian tersebut biasanya dilakukan melalui kegiatan penelitian di laboratorium, di lapangan, atau penelitian kepustakaan.

Ciri-ciri karya tulis ilmiah:

1. menarik (masalah yang dibahas harus menarik)
2. objektif (harus sesuai dengan fakta yang ada)
3. sistematis (mudah dipahami/dimengerti pembaca)
4. argumentatif (dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya)
5. lugas (bahasa yang digunakan efektif dan logis)

Karya ilmiah yang lengkap biasanya terbagi menjadi tiga bagian besar, yakni

(1) bagian pelengkap pendahuluan,
(2) Bagian isi atau pembahasan, dan
(3) bagian pelengkap penutup.

Bagian pelengkap pendahuluan terdiri atas: halaman judul, halaman motto, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, arti lambang dan singkatan, dan abstrak.

Bagian isi atau pembahasan terdiri atas bab pendahuluan yang meliputi:

(1) latar belakang,
(2) perumusan masalah,
(3) ruang lingkup masalah,
(4) tujuan penulisan,
(5) metode penelitian, dan
(6) sistematika penulisan; bab pembahasan; dan bab kesimpulan dan saran.

Bagian pelengkap penutup antara lain, daftar pustaka, lampiran, indeks, daftar istilah, dan riwayat penulis.

* Kata pengantar berfungsi sebagai surat pengantar kepada pembaca yang isinya berbagai hal mengenai karya tulis tersebut.

* Daftar Isi merupakan gambaran isi secara singkat. Judul-judul Bab ditulis dengan huruf kapital, judul-judul subbab ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf awal dari kata-kata yang penting.

* Abstrak berisi garis besar dari karya tulis. Isinya lebih singkat daripada kesimpulan.

* Bab pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian pembaca dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah yang akan diuraikan. Pada bagian ini biasanya diuraikan tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

* Bab Pembahasan/ isi merupakan tubuh karangan yang mempunyai bagian yang sangat esensial. Dalam bagian ini terdapat semua masalah yang dijabarkan secara sistematis. Artinya dalam penyusunan harus beraturan dan konsisten. Pembagian bab ke subbab harus sesuai dengan tingkatan-tingkatan yang sederajat.

*Kesimpulan dan saran merupakan inti dari uraian yang telah dijelaskan dalam tubuh. Kesimpulan harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Begitu pula dengan saran, kepada siapa saran ditujukan, dan kemungkinan adanya perbaikan.
* Daftar Pustaka merupakan sumber tertulis yang dijadikan acuan dalam pembahasan karya tulis atau daftar buku atau artikel yang menunjang hasil pengamatan penulis. Daftar pustaka biasanya memuat nama pengarang (dibalik), tahun terbit, judul buku (digarisbawahi atau dicetak miring), tempat penerbit, penerbit.

Cara menulis daftar pustaka yaitu...

1. Nama pengarang ditulis dengan mendahulukan nama akhir. Nama akhir (keluarga) ditulis lebih
dahulu dipisahkan dengan tanda koma dari nama pertama yang ditulis kemudian.
2. Tahun penerbitan (.)
3. Judul buku (.)
4. Kota penerbit (:)
5. Nama penerbit (.)

Contoh:

Keraf, Gorys. 1986. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (ed.). 1997. Apresiasi Kesuasastraan. Jakarta: Gramedia.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

* Lampiran disusun setelah daftar pustaka. Lampiran dapat berupa struktur organisasi, peta kelurahan, dll.

Kutipan

Kutipan adalah pencatatan sumber-sumber tertulis untuk menyusun sebuah karya tulis. Pencatatan sumber-sumber tertulis itu dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu kutipan, ringkasan, dan parafrase.
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan menjadi kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung yang banyak barisnya tidak lebih dari empat baris ketikan dimasukkan ke dalam teks karya tulis dengan cara sebagai berikut:

1. kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks
2. jarak baris dengan baris sama dengan teks, yaitu dua spasi
3. kutipan itu diapit dengan tanda kutip
4. sesudah kutipan selesai, berilah nomor urut penunjuk catatan kaki yang diketika setengah spasi ke atas

Sedangkan kutipan tidak langsung berisi intisasri pendapat yang dikemukakan kembali dengan kata-kata sendiri. Oleh karena itu kutipan tidak langsung tidak boleh menggunakan tanda kutip.

Catatan kaki/footnote merupakan penjelasan sumber semua kutipan, baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung diletakkan di kaki. Fungsi catatan kaki/footnote adalah sebagai berikut:

1. pembuktian atas sumber informasi
2. penghargaan kepada pengarang yang pendapatnya dikutip
3. pemberian keterangan tambahan untuk memperjelas pembahasan
4. penunjukan bagian lain dlam naskah

Catatan kaki berisi tentang nama pengarang, judul buku, (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.

Mencermati unsur-unsur karya tulis

Karya tulis merupakan bentuk tulisan yang menyajikan data-data yang dianalisis berdasarkan teori-teori tertentu. Beberapa contoh karya tulis yang berkembang di kalangan siswa adalah artikel dalam surat kabar dan laporan siswa tentang suatu penelitian sederhana. Untuk menulis karya tulis kita perlu banyak membaca sumber-sumber yang kita butuhkan. Langkah berikutnya kita perlu membuat kerangka karya tulis. Berdasarkan kerangka itulah kita mengembangkan karya tulis.
Dalam sebuah karya tulis kita perlu memperhatikan ketepatan penggunaan ejaan, pilihan kata, logika, dan kepaduan paragraf. Hal tersebut perlu diperhatikan agar karya tulis tersebut memiliki komposisi yang baik. Komposisi yang baik akan memudahkan pembaca untuk memahami isinya.

Berikut ini contoh kasus yang lazim terdapat pada karya tulis

a. Para pengunjung berusaha menangkap uraian penjaga stan LVRI yang sudah tua itu. Pada kasus tersebut tampak adanya kesalahan penggunaan kata. Sebagai karya ilmiah, tulisan harus menggunakan kata-kata yang lugas. Penggunaan kata menangkap untuk objek uraian dapat mengaburkan konsep. Tulisan tersebut seharusnya ditulis: Para pengunjung berusaha memahami uraian penjaga stan LVRI yang sudah tua itu.

b. Sebab pertempuran berhenti, hujan turun dengan deras di bukit itu.
Masalah tersebut terjadi kesalahan penalaran. Dalam hubungan sebab akibat ada hal yang sudah harus menjadi kodrat harus menjadi penyebab, ada pula yang harus menjadi akibat. Untuk pertempuran dan hujan, hanya hujan yang dapat enghentikan pertempuran bukan sebaliknya pertempuran menyebabkan hujan.

Perbaikan kalimat tersebut seperti berikut ini.
Pertempuran berhenti sebab hujan turun dengan deras di bukit itu.

* Mencermati sistematika penulisan karya tulis
Secara garis besar, sistematika karya tulis mencakup pendahuluan, isi, dan penutup.
Sistematika semacam ini dapat dikembangkan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menguraikan permasalahan yang melatarbelakangi dipilihnya
permasalahan tertentu.

2. Rumusan Masalah
Bagian ini menguraikan permasalahan yang berkenaan dengan penelitian yang
dilaksanakan.

3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan menguraikan maksud penulisan tersebut. Hendaknya diuraikan secara
singkat.

4. Metode Penulisan

5. Kegunaan Penulisan

6. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

Bab III Penutup
Pada bagian ini diuraikan kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Lampiran
Pada bagian ini dilampirkan: gambar, foto, tabel, brafik, denah, peta, diagram, dll